28 September 2007

Ternyata Kita Hanya Sekecil Itu......

Alhamdulillahirabil'alamin
Allah masih memberikan kita karunia-Nya berupa nafas yang senantiasa ada tanpa pernah berhenti sedetikpun untuk beristirahat walaupun ia telah bekerja semenjak kita lahir hingga saat ini. Shalawat dan salam senantiasa kita panjatkan bagi seroang manusia terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Seseorang yang mengantarkan manusia dari lembah kenistaan menuju lembah kebahagiaan. Manusia yang mengantarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Manusia yang di gelari Al-Amin oleh kawan maupun lawan-lawannya. Dialah sang Rasul Allah, Muhammad SAW.

Kurang lebih seminggu kemarin saya dan teman-teman sepengajian diajak rihlah oleh seorang senior saya yang juga merangkap sebagai kakak dan murabbi. Hari minggu yang seharusnya digunakan untuk melaksanakan pengajian terpaksa diubah agendanya menjadi "berpiknik bersama". Saya tentunya cukup senang karena sebagai orang baru di Jogjakarta saya sangat ingin menyaksikan lebih banyak sudut kota pelajar ini.

Janji untuk bertemu kami ukir lewat sms. pukul 16.30 bertemu di masjid Ulil Albab UII Kaliurang. Namun karena ada sedikit hambatan akh Debby yang merupakan murabbi kami baru dapat tiba di tempat janjian sekitar pukul 16.45 wib. Setelah beliau datang, tanpa banyak bicara kegiatan tersebut dibuka dan kami berenam (termasuk akh Debby) berangkat menyusuri jalan-jalan kota Jogja menuju gunung Kidul... The Adventure was begin...

Kaliurang tempat kami bertemu terletak di kaki gunung merapi yang terletak di utara kota Gudek dan tujuan rihlah kami adalah gunung Kidul yang terletak di Selatan kota asal grup nasyid Justice Voice. Perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan. Terutama bagi saya yang tidak tahu jalan di kota jogja ini.

Adzan maghrib berkumandang ketika kami melewati Universitas Gadjah Mada. Mampir sebentar di sebuah kedai minuman dan memesan sup buah untuk berbuka kemudian melanjutkan perjalanan ke masjid UGM. Pemandangan disana membuat saya miris. Cukup banyak pasangan remaja yang mengundang setan untuk menjadi peneman mereka. Padahal tempat itu berada tepat di depan masjid besar UGM. Saat pulang akh Debby sedikit bercanda, "yah namanya juga pacaran Islami, tempatnya ya di masjid" dan saya hanya bisa tertawa kecil.

Perjalanan di lanjutkan kembali, Kesabaran diuji disini. Dua teman sempat menghilang karena terpisah cukup jauh. Sekitar lima belas menit kami menunggu sampai akhirnya kita bertemu kembali. Lapar juga tak pelak menyertai perjalanan kami. But, it's okay. Karena dakwah itu memang berat dan membutuhkan kesabaran.

Terpaan angin malam di kota yang setahun lalu di guncang gempa hebat ini terasa menusuk ke tulang. Tapi semua itu berangsur-angsur menghilang kala perjalanan kami membuahkan hasil. Jalan yang menanjak dan berkelok-kelok khas film luar negeri kami lalui dengan perasaan kagum. walau tanpa adanya lampu jalanan tidak menghilangkan sedikitpun eksotika yang terlihat. Eksotika apakah itu? apalagi kalau bukan kota Jogjakarta yang gemerlap yang terlihat jelas dari atas gunung Kidul.

Kami mampi dahulu untuk shalat Isya di sebuah surau milik warga setempat sebelum akhirnya kami bersanati ria di sebuah sebuah warung yang menjorok di tepi jurang namun menawarkan pemandangan indah kota Jogja kala malam hari dari atas gunung kidul. benar-benar indah...

Disaat seperti itulah kami diingatkan banhwasanya manusia itu sangat kecil adanya. tidakkah ia melihat begitu kecil kota jogja dari atas sini? padahal begitu besar kesombongan yang ada di otak mereka. Bahkan kesombongan itu melampaui besarnya langit dan bumi. Naudzubillah...

Sungguh luar biasa ibroh yang dapat kami petik dari sini. Apalagi kami kedatangan seorang syekh terkenal, ustadz yang luar biasa dari negeri Mesir. Dia adalah Syaid Quthub. Namun sayang jasadnya tertinggal di bumi Mesir sehingga hanya pemikirannya yang sampai kepada kami. Ketika akh Debby membacakan sebuah buku karya Syaid Quthub, kami semua tenggelam dalam pikiran masing-masing. Bagaimana beliau tanpa harus menaiki sebuah gunung seperti kami dapat melihat dengan matanya bahwa dunia ini di penuhi oleh orang yang berada pada sebuah lembah yang penuh dengan kenistaan, keburukan dan kedzaliman padahal di sebelah lembah tersebut juga terdapat sebuah lembah lainnya yang menawarkan kenikmatan dan kesenangan abadi. Dimana air di lembah itu mengalir dengan jernihnya, padang-padang hijau membantang dan pohon-pohon berbuah manis tumbuh subur disana. Namun mengapa manusia masih lebih memilih lembah yang penuh dengan kenistaan itu??? Sebuah pertanyaan besar bagi kita semua yang mengaku insan beriman....

Tidak ada komentar: