25 November 2007

Dokumen Rahasia:Hak Kembali Dihapus dengan Imbalan US$ 90 Milyar

Al-Quds (terjajah) – infopalestina.com: Harian 'Israel' berhasil mengungkap tentang sebuah dokumen yang sudah dipersiapkan oleh kelompok Zionis yang dekat dengan PM Ehud Olmert dan kelompok Palestina yang punya hubungan dengan Presiden Mahmud Abbas. Dokumen itu dibuat untuk tujuan menghapus hak kembali pengungsi Palestina ke tanah airnya secara tuntas.

Merujuk kepada informasi yang diberitakan oleh Harian Ha'aretz di nomor terakhirnya, dokumen tersebut berisikan tentang pengalihan hak kembali ke tanah air kepada jaminan ekonomi yang biayanya mencapai US$ 90 milyar, atau masing-masing pengungsi Palestina akan mendapatkan US$ 14-21 ribu.

Apapun kondisinya, dokumen dimaksud yang digagas juga kelompok Palestina, menolak hak kembali para pengungsi Palestina ke tanah airnya yang dulu mereka tinggalkan pada tahun 1948.

Disamping masalah pengungsi, dokumen juga membahas masalah kota Al-Quds (terjajah) dan disampaikan beberapa skenario untuk jalan keluarnya. Termasuk tetap bertenggernya penjajahan atas tanah tersebut secara permanen.

Usulan kepada Pejabat Tinggi

Harian 'Israel' tersebut menyebutkan bahwa Saeb Bameyah, Penasehat Ekonomi Persatuan Industri Palestina, setelah ditangkap di perlintasan Qalandea hari Selasa lalu. Tiba dari Ramallah pergi menuju gerbang departemen 'perang' Zionis 'Israel' di Tel Aviv, datang bersama Prof. Arieh Arnon datang ke kantor Jendral Amos Gelad.

Keduanya menyampaikan dihadapan wakil menteri 'keamanan' Zionis 'Israel' bersama tim perunding menjelang Annapolis, sebuah dokumen besar berisi usulan-usulan solusi politik-ekonomi bagi dua masalah, pengungsi Palestina dan kota Al-Quds.

Harian itu menilai dokumen yang dimaksud, memuat hasil diskusi-diskusi kelompok Zionis-Palestina-dunia, adalah upaya Zionis-Palestina untuk mengubah hak kembali pengungsi Palestina ke tanah airnya menjadi hitungan-hitungan ekonomi dan penyampaian solusi riil.

Masih tambah harian 'Israel' itu, bahwa pelaksana perdana menteri Zionis 'Israel', Haem Ramon, yang ikut sebelum dua bulan lalu sebagai pengawas dalam pertemuan tertutup di Paris, telah menyatakan dokumen ini adalah "kertas kerja yang patut untuk dipelajari oleh kedua belah pihak ('Israel'-Palestina). Jika sampai pada pembicaraan tentang solusi abadi, maka kertas kerja ini bisa membatu tim perunding untuk mengetahui apa yang bisa mungkin dijalankan."

Adapun penasehat ekonomi kepala pemerintahan Zionis 'Israel', Manuel T, yang hadir dalam pertemuan itu juga, menjelaskan kepada harian tersebut, "Untuk pertama kalinya saya merasa problema pengungsi tidak mudah seperti ini." Menurutnya lagi, "Jika mungkin bagi orang-orang 'Israel' dan Palestina duduk secara tenang dalam satu kamar untuk membahas solusi, maka yang mungkin dibahas adalah tema-tema panas."

Masih tambah penasehat ekonomi itu, bahwa urgensi dokumen 'X' bukan pada angka-angka ekonomi, akan tetapi kemampuan kedua pihak menerjemahkan bahasa hak-hak historis kepada bahasa ekonomi praktis.

Beberapa Pihak Dunia Sokong Dokumen

Harian 'Israel' itu juga menyebutkan bahwa lima tahun sebelumnya, inisiatif pembentukan kelompok ini digagas oleh Prof. Zielber B, seorang Yahudi Perancis kelahiran Maroko. Aktivitas kelompok ini ditopang dana oleh Uni Eropa, Bank Dunia dan beberapa pihak Marseille dan selatan Perancis bekerjasama dengan Pusat Perdamaian Peres, Sekolah Tinggi Kajian 'Data' di Bethlehem dan Universitas Paul Saint di Marseille.

Kelompok ini disokong oleh lembaga-lembaga resmi, seperti Uni Eropa, Bank Dunia dan Deplu Perancis. Begitu juga lembaga-lembaga umum dan kantor-kantor pemerintahan Zionis 'Israel' dan Palestina ikut serta sebagai pengawas, tanpa ikut membuat konsep kesepahaman, namun membantu menjaga kontak antara kedua belah pihak, Zionis 'Israel' dan Palestina, juga membahas tentang beberapa aspek yang mungkin bisa diterapkan di lapangan.

Berdasarkan data yang diambil dari UNWRA (badan urusan PBB untuk pengungsi Palestina), dokumen itu mengisyaratkan bahwa jumlah pengungsi Palestina pada tahun 2006 berjumlah 4,4 juta. 1,3 juta diantarannya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Yordania, Suriah, Lebanon, Tepi Barat dan Jalur Gaza, 1,7 juta tinggal di tanah wilayah Otoritas Palestina (OP), 550 ribu diantarannya tinggal di kamp-kamp pengungsi.

Dollar Dibayar Tanah Suci

Dalam dokumen 'X' itu menyebutkan bahwa solusi yang diusulkan oleh kelompok ini mencakup tuntutan personal atau kelompok bagi kedua belah pihak dan mengusulkan jalan perundingan di antara keduanya. Di satu sisi, pengungsi bisa memilih tempat tinggal yang permanen, tapi di sisi lain penerapan pilihan itu tergantung kesepakatan antara beberapa pihak dan tergantung dengan kekuasaan negara-negara yang memiliki hubungan, termasuk negara penjajah Zionis dan Palestina.

Masih lanjut dokumen, pandangan pertama, patokan ekonomi/dana untuk mencapai solusi yang disepakati bersama dalam soal pengungsi nampaknya mustahil. Namun jika dibandingkan dengan pengganti, dan ini dijadikan ukuran, bahwa bantuan dana itu akan mencapai 10 tahun masanya.

Sesuai rencana yang disampaikan mantan Presiden AS Bill Clinton kepada kedua pihak tahun 2000, maka anggota kelompok ini mengusulkan sejumlah pengganti bagi para pengungsi; bertempat tinggal di tempat-tempat yang baru, renovasi tempat tinggal yang ada dan menetap di tempat itu, diganti dengan uang atau barang, atau melalui perlintasan menuju suatu tempat di Palestina yang disepakati oleh pihak pemerintah Zionis 'Israel'.

Menurut dokumen 'X' itu, setiap pengungsi berhak untuk memilih pengganti dan kemudian disepakati masa pelaksanaannya di bawah pengawasan perwakilan dunia yang dibentuk secara khusus menangani masalah ini. Lalu pihak perwakilan dunia ini yang bertanggungjawab atas pilihan-pilihan pengungsi dan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain oleh pengungsi disepakati melalui koordinasi dengan kedua pihak.

Biaya penempatan tinggal ini mencapai US$ 8-19 milyar dan berhubungan dengan jumlah pengungsi yang memilih pilihan ini. Sedangkan biaya renovasi dan perbaikan (penempatan tinggal pengungsi di tempat pengungsiannya) mencapai US$ 10-14 milyar, ini juga terkait dengan jumlag pengungsi yang memilih pilihan ini.

Adapun pengganti barang milik yang ditinggalkan pengungsi, pihak Zionis 'Israel', OP dan PBB memiliki informasi detail tentang hal ini. Setiap hektar di daerah Yafa atau setiap rumah di Haifa terdaftar di dokumen resmi.

Namun yang menjadi masalah adalah prediksi harga kepemilikan tersebut. Dari sini, pembuat dokumen mengusulkan adanya sebuah komisi khusus berskala internasional untuk menyelidiki kebenaran klaim kepemilikan barang tersebut. Menurut perkiraan ekonomi, biaya total masalah ini mencapai US$ 15-30 milyar.

Solusi Yang Menetapkan Adanya Penjajahan atas Tanah Al-Quds

Sedangkan dalam masalah kota Al-Quds, dokumen ini memberikan tiga skenario solusi yang semuanya membatalkan penghapusan penjajahan atas kota suci tersebut. Ketiga skenario itu adalah; pembagian kota sesuai dengan perbatasan politik atas tanah tersebut, atau sebagai kota terbuka yang pergerakannya terbuka bagi orang dan barang di kedua bagian kota, atau sebagai kota separuh terbuka, seperti Kota Lama.

Kelompok ini mengusulkan sejumlah kemungkinan tentang batas kota Al-Quds; batas politik sepanjang batas tahun 1967 dengan revisi kecil dan kampung-kampung Yahudi dibongkar di bagian timur kota, kecuali perempat Yahudi di Kota Lama, atau batas geografi yang memisahkan antara Yahudi dan Arab (revisi Clinton) atau menggabungkan dua kemungkinan tadi dimana kampung-kampung Yahudi yang ada di timur kota dibawah kekuasaan Yahudi, sampai nanti kampung yang lain dibongkar.

PUNK is DEAD !!!

islamuda.com



Sabtu malam Minggu, Budi kaget ngelihat tampang temannya, si Yanto. Penampilannya beda banget dari biasanya. Pakaiannya serba item. Bikin komplit badan yang warnanya memang ga kalah kucel. Rambut Yanto dimodel mohawk dengan gaya landak. Baju gelapnya berpadu dengan gambar tengkorak dan api merah menyala. Ga kalah, aksesoris wajib pria malam, berupa rantai yang mengkilap di saku. Klop dengan piercing di kuping sebelah kiri dan hidung sebelah kanan, berkilau, menyinari wajah Yanto yang cukup mengesankan bak bencana alam. Celananya singset banget. Press body. Sampe-sampe Budi mikir, "Apa si Yanto salah minum susu diet ya?" Rasa penasaran pun memenuhi otak si Budi. Lalu Yanto sambil nyengir, nyapa si Budi, "Oooi…kenapa Bud? Jangan bengong gitu? Kaget ya. Aku ikut punkers. Ini gaya punk. Trendi lho. Sekarang lagi in. Kamu ga ngikut juga?....Udah ya Oi…Aku mau jalan ama yang laen. Daaa…" Seru Yanto sambil berlalu. Duuaarr…bak kesamber kereta Shinkansen. Sambil geleng-geleng kepala, Budi masuk ke dalam rumah.

Sobat, mungkin ga cuma Budi aja yang pernah ngalami hal ini. Kita tentunya secara live atau engga, pernah ngelihat sosok yang kurang lebih sama seperti si Yanto. Yup, sosok punkers alias generasi punk. Nah, tema inilah yang akan jadi topik bahasan Islamuda kali ini. Why? Soalnya, fenomena punkers di kota-kota metropolis lagi mewabah saat ini. Ga hanya di tepi j
alan raya, di mall atau alun-alun kota, bahkan juga nyebar di sekolah hingga di dalam kampung. Gaya hidup punkers seakan udah jadi model baru kaum muda, yang konon muncul sebagai perwujudan pemberontakan dan ketertindasan. Contohnya kaum punk yang menghuni persimpangan Jalan Munggur-Solo-Gejayan, Yogyakarta. Mereka nongkrong hingga larut malam, kadang-kadang sampai dini hari. Mengamen adalah kegiatan rutin mereka. Uang hasil mengamen untuk membeli lapen (arak tradisional khas Yogya). Hal yang mirip terjadi di Surabaya. Di depan balai kota, Grahadi jalan Pemuda, setiap malam minggu puluhan anak punk ngumpul, dan ngelakuin kegiatan yang ga jelas ujug-ujugnya. Yang pasti di tengah acara, anak-anak punk itu minum minuman keras dan nyedot narkoba. Pak Polisi, tolong tertibin dong!

Sobat, gimana sih awalnya muncul istilah punk? Sampe ada dandanan aneh kayak gitu. Gimana pula perkembangan punk di dunia? Kok bisa punk masuk ke negeri kita? Apa bener sih gaya hidup punk itu udah basi? Nah, penasaran kan… simak terus deh buletin yang kamu cintai ini. Lanjuut…

Asal Mula Punk

Sobat, ga banyak yang tahu pasti soal lahirnya kaum punk dan komunitasnya. Namun sebagian besar sumber menyatakan kalo kisah lahirnya kaum punk diawali pada tahun 1971 ketika Lester Bangs, wartawan majalah semi-underground Amerika, Creem, menggunakan istilah punk untuk mendeskripsikan sebuah aliran musik rock yang semrawut, asal bunyi, namun bersemangat tinggi. Musik tersebut dibuat dan digemari oleh para narapidana Amerika yang terkenal brutal, sadis dan psikopat. Kata punk itu sendiri lazim digunakan oleh kaum narapidana Amerika untuk nyebut partner atau pasangan pasif dalam hubungan homoseksual. Idiihh…. Sejak saat itu, para napi disana seringkali menggunakan istilah punk dan punkers. So, buat kamu yang ngakunya punkers, segera sadar deh. Ga mau kan, kalo punya sebutan si Jablay yang doyannya "mangga" makan "mangga". Ih amit-amit lho. And by the way, penggunaan kata punk sendiri hingga saat ini dipakai seba
gai kata sifat untuk sesuatu hal yang dianggap buruk dan tak berguna alias sampah. Tuh kan.

Sobat, karena asal mulanya dari para narapidana, ga salah kalo sekarang kita lihat penampilan anak-anak yang ngakunya punk ikut awut-awutan. Kaum punk memang bukanlah tipikal anak muda masa kini yang doyan clubbing dan dugem. Jauh banget dengan karakter metroseksual. Meski demikian keduanya punya satu kesamaan, yaitu pola pikir dan sikap yang serba bebas. Sa-karepe dhewe. Bikin pusing tujuh puluh tiga keliling.

Nah, beda banget dari makna awal punk yang sejatinya adalah kaum homoseksual di penjara. Pengertian punk yang sejati sebenarnya udah mati sebatas di penjara doang. Ga laku kalo dibawa keluar penjara. Apalagi, masyarakat cenderung ga suka dan nolak keberadaan punk dan punkers. Ga bakal ada orang yang doyan hombreng. Kecuali dia hombreng juga. Hehehe. Problemnya, ga hanya masalah penampilan yang sering bikin orang lain gerah. Tapi komunitas punk juga menggunakan kekerasan sebagai penyelesaian masalah. Malah, sampai saat ini punk tetep identik dengan brutalitas dan vandalisme. Sadar dong choi…

Akibat pengakuan masyarakat yang tak kunjung datang alias mereka ga dianggap di tengah masyarakat, kekecewaan berubah jadi bentuk protes. Padahal kalo kaum punk introspeksi, mereka sendiri kan ga ngakui tatanan masyarakat, gimana mau diakui oleh masyarakat? Ngimpi kali…. Nah, lambat laun, kaum punk mulai berganti haluan. Pemahaman aslinya pun hilang. Bentuk protes mereka dijadikan lirik-lirik lagu. Punk kemudian berkembang sebagai aliran musik, masih membawa ciri-ciri narapidana yang serba ga karuan. Lagu-lagu punk lebih mirip teriakan protes demonstran terhadap kejamnya dunia. Lirik lagu-lagu mereka berisi soal rasa frustrasi, kemarahan, dan kejenuhan akibat kompromi dengan hukum. Selain itu, mereka bersuara tentang rendahnya pendidikan, pengangguran, represi aparat dan kebencian pada penguasa. Makna yang udah bergeser jauh ini, udah jadi bukti kalo sebenarnya punk dan punkers itu sudah mati. Pengertian punk yang sejati
udah kekubur di penjara. Titik.

Plagiat Punk

Sobat, karena irama musik yang bising dan ga nyaman di telinga, band-band yang mengatasnamakan punk seperti Sex pistols dan The Clash hanya punya penggemar dikit banget. Mere
ka ga memiliki penikmat seheboh The Beatless ataupun Elvis Presley pada eranya. Apalagi isi dan lirik lagu band tersebut sebagian besar bersuara tentang kebencian mereka kepada negara dan seluruh tatanannya alias berjiwa pmberontak. Pantes, soalnya memang mereka ga tau aturan dan ga mau diatur. Namun kalahnya Amerika Serikat dalam Perang Vietnam di tahun 1980-an ikut manasin suhu dunia musik punk pada saat itu. Lahirlah band-band atas nama punk gelombang kedua (1980-1984), seperti Crass, Conflict, dan Discharge dari Inggris, The Ex dan BGK dari Belanda, dan MDC serta Dead Kennedys dari Amerika. Meski demikian, syair yang mereka gunakan sebagai lirik dalam lagunya, tak lagi tentang revolusi dan perlawanan. Namun lebih banyak ke kebingungan diri untuk mencari arti hidup. Sebagian besar band itu, cuma gunakan aksesoris punk untuk sekedar nambah nilai jual. Lagi-lagi cuma untuk cari duit.

Terbukti dengan munculnya band yang mengatasnamakan punk di tahun belakangan ini seperti Blink-182, Green Day, Bowling for Soup, New Found Glory, Sum 41, Good Charlotte, dan Simple Plan, jika disimak, aliran musiknya terdengar jauh berbeda dengan warna musik di awal kemunculan musik punk. Apalagi dengan makna punk sebenarnya, uh, beda jauh bro. So, musik yang mengatasnamakan punk saat ini, hanya sebatas plagiat gaya dan penampilan ala punk saja. Nah, kalo band yang ngepunk hanya sebatas plagiat, gimana ama temen-temen kita yang punkers itu, termasuk si Yanto? Tentunya mereka cuma sekedar ikut arus doang. Ngikut gaya. Padahal kalo ditanya esensi punk, paling-paling mereka lola alias loading lambat. Malu atuh…

Punk is already dead


Sobat, menilik sejarah yang udah dipaparin diatas, ternyata memang punk, pun
kers atau apapun itu, maknanya sudah kadaluarsa. Terlebih lagi arti punk yang sudah bergeser jauh dari pengertian pada awal kemunculannya. Hal ini membuktikan kalo punk dan segala asesorisnya udah mati. Ya, mati, dan ga akan bangun lagi. Sebatas plagiat, itulah generasi punk palsu yang ada di sekitar kita saat ini. Apa? Mau protes, silakan aja. Toh ga ada untungnya kamu bela-belain gaya hidup bejat seperti punk. Yang serba ga mau diatur ga punya malu, dan ga mau ngakui sesuatu sebelum dirinya diakui. Eit..jangan sampe deh ga ngaku beragama. Kualat ga bisa "pup" ke belakang baru tahu rasa. Hehe. Sorry bro, bukannya kita sewot, cuma kita pengen sobat semua ngerti kalo punk itu gaya hidup yang ga bener. Kalo diterusin, kita sendiri yang bakal susah. Dunia dan akherat.

Tak tahu malu, seperti yang ditampilin oleh anak-anak punk, sudah sepantasnya ga perlu ditiru. Rasulullah udah ngasih warning bagi kita, "Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah semaumu." (HR. Bukhari, Abu Dawud, Ahmad). Ditambah lagi sabda Rasulullah SAW, "Malu hanya akan membawa kepada kebaikan." (HR. Bukhari). Jadi, buat yang masih ngaku punkers, malu dong. Tapi malu aja ga cukup. Kudu dibarengi ama kerja nyata. Ok !!

Nah sobat, fenomena punk dan punkers yang mewabah, seharusnya bisa diwanti-wanti oleh negara, sang penerap hukum. Masalahnya bumi kita tempat berpijak ini ga diterapin aturan Allah SWT, sehingga kaum yang namain dirinya punk bebas berkeliaran (kayak taman safari aja neh). Tapi memang bener lho. Buat kamu yang udah kepengaruh ama budaya punk, atau ga mau terpengaruh, segera deh kaji Islam. Ikutan forum majlis yang bisa nyadarin kita. Plus dakwahkan Islam ke rekan yang lain, supaya mereka mendukung aturan Allah dan Rasul-Nya berupa syariat Islam. Semangat ya, Allahu Akbar!!


SEKILAS FAKTA TENTANG PUNK

Gaya hidup

Kegagalan Reaganomic dan Di Indonesia, istilah anarki, anarkis atau anarkisme digunakan oleh media massa untuk menyatakan suatu tindakan perusakan, perkelahian atau kekerasan massal. Padahal menurut para pencetusnya, yaitu William Godwin, Pierre-Joseph Proudhon, dan Mikhail A Bakunin, anarkisme adalah sebuah ideologi yang menghendaki terbentuknya masyarakat tanpa negara, dengan asumsi bahwa negara adalah sebuah bentuk kediktatoran legal yang harus diakhiri.

Negara menetapkan pemberlakuan hukum dan peraturan yang sering kali bersifat pemaksaan, sehingga membatasi warga negara untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya sendiri. Kaum anarkis berkeyakinan bila dominasi negara atas rakyat terhapuskan, hak untuk memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya manusia akan berkembang dengan sendirinya. Rakyat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa campur tangan negara.

Namun, kaum punk menyadari sepenuhnya bahwa ideologi anarkisme, seperti yang pernah dikatakan Lenin, adalah paham yang naif milik para pemimpi dan orang-orang putus asa. Mereka menyadari ideologi ini sulit dikembangkan karena masyarakat masih membutuhkan negara untuk mengatur mereka.

Kaum punk memaknai anarkisme tidak hanya sebatas pengertian politik semata. Dalam keseharian hidup, anarkisme berarti tanpa aturan pengekang, baik dari masyarakat maupun perusahaan rekaman, karena mereka bisa menciptakan sendiri aturan hidup dan perusahaan rekaman sesuai keinginan mereka. Punk etik semacam inilah yang lazim disebut DIY (do it yourself/lakukan sendiri).

Punk Indonesia

Berbekal etika DIY, beberapa scene punk di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Malang merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.

CD dan kaset tidak lagi menjadi satu-satunya barang dagangan. Mereka juga memproduksi dan mendistribusikan t-shirt, aksesori, buku dan majalah, poster, serta jasa tindik (piercing) dan tato. Seluruh produk dijual terbatas dan dengan harga yang amat terjangkau. Dalam kerangka filosofi punk, distro adalah implementasi perlawanan terhadap perilaku konsumtif anak muda pemuja Levi's, Adidas, Nike, Calvin Klein, dan barang bermerek luar negeri lainnya.

Georg Lukacs, seorang pemikir sosialis dari Jerman, menertawakannya sebagai sikap hands off kaum avant-gardis yang memilih untuk melarikan diri dari tanggung jawab kolektif memperbaiki kebobrokan sistem. Dengan kata lain, pengakuan atas eksistensi diri akan didapat dengan sendirinya apabila kaum punk mampu mengakui eksistensi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Tidak seperti heavymetal misalnya, punk lebih mengutamakan pelampiasan energi dan curhat daripada aspek teknis bermain musik. Pokoknya nggak usah jago-jago amat, pokoknya oke dan yang namanya unek-unek bisa keluar. Asal tahu aja, almarhum Sid Vicious dari Sex Pistols itu terkenal nggak bisa main. Tapi orang toh nggak memandang remeh dia. Malah dianggap cool.

Sex Pistols dan The Clash memasukkan aspek baru dalam perkembangan punk, yaitu protes sosial dan politik. Kedua grup ini menjadi penyambung lidah kaum muda Inggris yang frustasi. Mulailah mereka menyuarakan protes terhadap segala ketidakadilan yang mereka lihat sehari-hari. Cuma saja pendekatan mereka berbeda, sesuai latar belakang kehidupan masing-masing.

Minggu, 27 Maret 2005

Layar
Simple Plan dan Fenomena Pop-Punk http://www.korantempo.com/korantempo/ 2005/03/27/Layar/krn,20050327,36.id.html

Grup musik pop-punk dari Kanada ini pentas di Gedung Tenis Senayan, Jakarta, kemarin. Musik pop-punk adalah "anak" dari punk-rock dan "cucu" dari musik rock 'n' roll.

Maka lahirlah aliran musik punk yang belakangan menjamur di dunia lewat pop-punk atau new-school punk. Seperti juga kehadiran musik punk-rock pada 1970-an, musik pop-punk bukan sebuah revolusi atas musik yang ada sebelumnya. Dia "anak" dari punk-rock dan "cucu" dari musik rock 'n' roll yang dihadirkan para baby boomers (generasi angkatan 1950 akhir dan 1960-an).

Lahirnya generasi pop-punk sebenarnya ditandai dua gelombang. Pertama lewat kesuksesan grup musik pop-punk Amerika, seperti lewat Green Day, Blink-182, dan The Offspring di akhir era 1990-an. Seluruh grup musik era ini mempunyai kesamaan bermusik, yaitu paduan suara gitar yang dimainkan secara keras, lirik sederhana, dan melodi yang disukai stasiun radio.

Jika pada genre musik lain harmoni menjadi teramat penting, musik pop-punk malah berusaha mengabaikannya. Bangunan lagu pop-punk biasanya terdiri dari banyak "gunung" dan "lembah", sehingga lagu menjadi begitu bergelombang. Pola musik seperti inilah yang membuat para pendengar musik pop-punk menjadi terhanyut secara emosional.

Suasana lagu yang pada bagian awalnya bermelodi dan berharmoni enak, tiba-tiba disusul harmoni yang tak keruan dan beat pun menjadi cepat, lalu kembali lagi ke suasana tenang, balik lagi mengeras dan cepat, dan tiba-tiba saja terhenti. Selesai.

Buat penggemarnya, musik ini serasa memberi energi kesegaran. Dengan kekuatan seperti itu, musik pop-punk benar-benar merupakan revitalisasi kekuatan musik rock 'n' roll dan punk.

Sedangkan gelombang kedua yang menandai kelahiran pop-punk, lahirnya sejumlah grup musik yang mengekor kesuksesan grup pertama dan mendapatkan keuntungan dari berbagai saluran TV musik, seperti MTV. Termasuk kelompok ini antara lain Bowling For Soup, New Found Glory, Sum 41, Good Charlotte, dan Simple Plan.

Fenomena itu sempat menimbulkan kekhawatiran di Inggris dan Amerika sehingga para orang tua diperingatkan agar menghindarkan anak-anaknya dari pengaruh budaya punk. Benar kata Joe Strummer, pemusik punk dari kelompok the Clash: "Kami telah membuatnya dengan cara yang lain. Kami membuat punk sebagai bagian budaya."

Tapi, budaya punk yang dilahirkan generasi pop-punk berbeda. Meski semuanya menyuarakan kebebasan, mereka tidak sampai menyentuh masalah politik dan sosial. Baju yang dikenakan pun tidak lusuh, gelap, dan dekil. Sebaliknya, mereka kerap mengenakan baju berwarna terang. Topi, spikes, dan bicycle chains menjadi aksesori wajib. Tatanan rambut memang mirip gaya rambut "spike" atau terlihat "mohawk", cuma mereka tampak lebih rapi, tidak terlalu tinggi, dan tidak botak di tepi.

Lingkungan sekolah dan dunia remajalah yang membuat budaya pop-punk terkesan lembut. Salah satu grup musik aliran ini yang lahir di sekolah adalah Simple Plan. Dibentuk pada 1999 di sebuah sekolah di Montreal-Kanada, grup dimotori Pierre Bouvier (vokal) dan beranggotakan Jeff Stinco (gitar), David Desrosiers (bas), Sebastien Lefebvre (gitar), and Chuck Comeau (drum).

Semua personel dalam grup memang bersahabat sejak sekolah menengah. Kala itu Comeau dan Bouvier, yang berusia 13 tahun, membentuk grup musik sekolah bernama Reset. Sebagai sebuah band sekolah, Reset cukup dikenal, terutama di kalangan pelajar. Sejumlah tur keliling sekolah pun mereka lakukan.

Debut album pertama Reset lahir pada 1997, tapi tidak sukses. Lantaran itu Comeau kembali ke bangku sekolah dan ternyata membawa berkah. Ia bertemu kembali dengan sahabatnya, Stinco dan Lefebvre. Pertemuan dilanjutkan dengan pembentukan kembali grup musik sekolah.

Ketika itu Bouvier sendiri masih menggawangi Reset. Lantaran bosan, Bouvier akhirnya meninggalkan Reset dan bergabung dengan Comeau. Sejurus kemudian David Desrosiers bergabung. Lahirlah Simple Plan.

Pada tahun 1975 muncullah kaum punk . Penampilan kaum punk ini seringkali dikacaukan dengan kaum skinheads. Term punk sendiri adalah bahasa slang untuk menyebut penjahat atau perusak. Sama seperti para pendahulunya, kaum punk juga menyatakan dirinya lewat dandanan pakaian dan rambut yang berbeda. Orang-orang punk menyatakan dirinya sebagai golongan yang anti-fashion, dengan semangat dan etos kerja 'semuanya dikerjakan sendiri' ( do-it-yourself ) yang tinggi. Ciri khas dari punk adalah celana jins sobek-sobek, peniti cantel ( safety pins ) yang dicantelkan atau dikenakan di telinga, pipi, asesoris lain seperti swastika, salib, kalung anjing, dan model rambut spike-top dan mohican . Model rambut spike-top atau model rambut yang dibentuk menyerupai paku-paku berduri adalah model rambut standar kaum punk. Sementara model rambut mohican atau biasa disebut dengan mohawk yaitu model rambut yang menggabungkan gaya spike-top dengan cukuran di bagian belakang dan samping untuk menghasilkan efek bentuk bulu-bulu yang tinggi atau sekumpulan kerucut, hanya dipakai oleh sedikit penganut punk. Kadang-kadang mereka mengecat rambutnya dengan warna-warna cerah seperti hijau menyala, pink, ungu, dan oranye.

05 November 2007

Melawan Sihir Harry Potter


Ketika kenyataan hidpu terlalu tangguh untuk disiasati, orang cenderung untuk berkhayal. Mislnya, kenyataan hidup mengatakan kalau lapar orang haruws makan. padahal untuk mendapatkan sesuap makanan orang mesti bekerja bantikng tulang. Bagaimana kalau orang tidak perlu makan tapi bisa tetap hidup? Bisa, kalau orang itu hisup di dunia khayalan...

MASUK AKAL ATAU KELUAR AKAL?
Kenyataan hidup memang berbasiws pada hal-hal yang masuk akal. Dengan kedua kaki dan tangannya, misalnya, manusia merasa mustahil bisa terbangdengan sayap seperti burung. Untuk menyiasatinya manusia membuat pesawat terbang dengan konstruksinya yang berat dan rumit. Inilah alasan mengapa bumi diddesain oleh Allah untuk dipelajari, dieksplorasi, dieksploitasi dan diproduksi untuk sebesar-besarnya kemanfaatan manusia. Selain karena manusia dipilih sebagai khalifah di bumi, bukan iblis yang mencak-mencak atas pemilihan itu, pertimbangan lainnya adalah agar manusia tetap berada pada sifat-sifat fitrah kemanusiaannya. Sekali saja manusia keluar dari sifat-sifatnya, maka fasilitas kehidupan yang disediakan Allah dalam bumi dan segala isinya akan menjadi lahan mati dan mubazir.

Maka, kalau kita merasa kenyataan hidup berbasis akal (sehat) membatasi keinginan, kita bisa saja keluar dari akal sehat kemudian menciptakan "akal yang lain" yang memungkinkan orang bisa terbang seperti burung tanpa perlu membuat pesawat terbang. Itulah dunia khayalan. So, lihatlah Harry Potter yang bisa terbang dengan hanya menggunakan sapu ijuk, Frodo Baggin bisa hilang dengan menyematkan cincin ke jari tangannya atau anak-anak bisa menembus dunia lain lewat sebuah lemari ajaib.

Tentu saja, dunia khayalan tak memerlukan penjelasan yang bersifat teknis dan saintis. Misalnya bagaimana mekanisme kerja mesin dibalik sapu ijuk Harry Potter? Teknologi apa yang tersimpan didalam cincin Frodo Baggin? Realitas dunia khayal yang gampangan - untuk menyebutnya omong kosong - menyebabkan akal tak perlu menjalankan fungsinya untuk memasukkan realitas itu menjadi kenyataan hidup - itulah mengapa dunia khayalan disebut sebagai dunia yang tidak masuk akal. Sebagai konsekuensinya, sifat-sifat kehidupan di dalamnya dirancang dengan konsep anti-masuk akal sehat; yang dengan sendirinya menolak konsep kekhalifahan manusia. Manusia tak perlu mempelajari apapun dari kehidupan di bumi sebab hidupnya telah dirancang tanpa batas tengan "teknologi" jampi-jampi semacam abrakadabra, simsalabim, alakazam, bla bla bla, dll

LOGIKA GHAIB ATAU LOGIKA SIHIR
Tentu saja, hal-hal yang masuk akal tidak selalu berarti menerima hal-hal yang kasat mata saja. Akal bahkan bisa menjelaskan hal-hal yang tidak kasat mata alias ghaib. Allah, misalnya, dapat dijelaskan dengan kalimat pendek ini: Sesuatu yang ada tidak selalu harus terlihat wujudnya. Buktinya, akal bisa menerima keberadaan angin dan rasa, meski keduanya tak terlihat wujudnya.

Berbeda dengan sihir, yang bekerja dengan mekanisme tanpa batas, tanpa logika dan tanpa akal sehingga potensi bumi sebagai fasilitas hidup dan peran manusia sebagai khlaifah menjadi nonsens. Sihir mencoba menjadi tiruan konsep kun fayakun Allah, yang dengan sepatah dua patah kata segala sesuatu langsung jadi

Disinlah sihir dipropagandakan menjadi jembatan antara dunia ghaib dengan dunia nyata manusia. Sayangnya, sejak diciptakan Allah, manusia sudah ditakdirkan untuk hidup di dunia nyata. Sementara untuk hal ikhwal ghaib manusia diperintahkan sekedar meng imaninya saja, bukan mengurusinya. itulah mengapa seluruh tampilan sihir selalu mempesona, memukau, yang diciptakan sebagai upaya untuk memecah "kebuntuan" kenyataan hidup yang dianggap selalu hitam-putih

KELUAR AKAL BERSAMA FIKSI FANTASI
Ketika konsep tiruan kun fayakun yang ditawarkan sihir menjadi bahan baku penulisan cerita fiksi, tak ayal lagi cerita itu menjadi memukau, mempesona, sekaligus secara sadar pembaca sedang dikuliti akal sehatnya. Hebatnya pembaca merasa sah-sah saja bertualang keluar akal sehat, setelah merasa bahwa kenyataan hidup "terlalu masuk akal". Nah, dititik ini, "rezim" masuk akal memang tak berdaya apa-apa. Ketika bocah ganteng berkacamata ala John Lennon mahasiswa fakultas ilmu sihir Hogwart bernama Harry Potter, misalnya sukses besar mengangkangi rasionalitas yang telah lama menjadi Tuhan orang-orang barat.

Fenomena Potter sesunggunhnya hanyalah gunungan es dari sekian banyak kalangan penulis di barat yang ingin membombardir kepercayaan gereja yang anti-sihir. Sekalipun fiksi fantasi disana telah berkembang bersasma cerita-cerita folklore semacam kehidupan peri (Peterpan, Cinderella, Alladin, dll) namun karya-karya yang secara luas mempropagandakan ideologi sihir belum segencar hari ini. Padahal John Ronal Reuel Tolkiens (1892-1973) dan sahabat dekatnya Clive Staples Lewis (1898-1963) telah memperkenalkan akar sihir dengan akar cerita-cerita dongen ala skandinavia seperti The Hobbit (1937), Lord of the Ring (1954-1955), dan The Chronicles of Narnia (1949-1954). Bahkan jauh sebelumnya, Bram Stocker (1847-1912) telah memulai konsep horor fantasi dalam novel legendarisnya, Dracula (1897)

Secara khusus, Dracula melhirkan genre dark fantasy dengan derivasinya seperti Van Helsing (Abraham Van Helsing sang pemburu drakula), Buffy the Vampire of Slayer, Anita Blake: Vampire Hunter D, Charmed, Blade atau Vampire in Brooklyn (dengan gaya komedi-horor khas Eddy Murphy)

Pada tahun 1983 muncul novel serial The Witches (Roald Dahl) yang bercerita tentang organisasi sihir yang memiliki visi melenyapkan anak-anak dari muka bumi. Sampai difilmkan pada tahun 1990 dengan judul yang sama, The Witches tidak begitu sukses menjadi pembicaraan publik. Baru ketika memasuki penghujung era 90-an, fiksi sihir dengan genre modern urban fantasy muncul dengan ikonnya, Harry Potter (seri pertamanya, Harry Potter and the Sorcerer's Stone, terbit pada 26 Juni 1997). Penampilan dunia sihir menawarkan konsep perpaduan klasik dan modern, yang tampak jelas dengan simbol dan atribut khas sihir seperti tongkat, sapu ijuk, mantra dan jubah di satu sisi dan sekolah sihir serta dunia modern disisi yang lain. Jejak sukses tokoh rekaan J.K. Rowling ini kemudian diikuti oleh Eragon (Cristhoper Paolini), The Bartimeus Trilogy (Jonathan Stroud), The Golden Compass (dari trilogi His Dark Materials karya Philip Pullman, yang filmnya dirilis Desember nanti)

MELAWAN ATAU MENYELUNDUPKAN AJARAN KRISTIANI
Persoalan fiksi fantasi menjadi tidak sederhana jika kita kaitkan dengan kepercayaan agama, terutama agama Samawi (Islam, Yahudi, Kristen) yang menolak sihir. Dalam konteks ini, sihir dipandang identik dengan praktik pemujaan setan alias okultisme.

Kalangan gereja yang gerah terhadap novel Harry Potter, misalnya menganggap hal itu sebagai propaganda klenik. Tak tanggung-tanggung, di gereja masyarakat kristus di Alamogordo, New Mexico, Amerika Serikat, misalnya, terjadi aksi pembakaran terhadap semua buku-buku Harry Potter. Pembakaran berlangsung atas undangan pastor Jack D. Brock pada 30 Desember 2001. Dalam misa sepekan sebelumnya, Brock menyebut bahwa buku-buku Potter mengajarkan sihir sebagai praktik yang secara umum positif, padahal al-kitab mengutuk semua jenis sihir dan klenik

Aksi ini segera mengingatkan kita pada tindakan gereja yang memerintahkan hukum bakar atas diri Joan Arch di Rouen, sebuah kota kecil di bagian utara Prancis, pada tanggal 30 mei 1431. Joan dibakar hidup-hidup dengan tuduhan bahwa dirinya adalah seorang penyihir, padahal dia adalah seorang kristiani yang taat

Menanggapi aksi pembakaran terhadap buku-buku Potter penulis John Granger menilainya justru suatu kekeliruan, karena pada novelnya yang memikat itu, J.K. Rowling sama cerdasnya dengan Tolkien dan Lewis yang memasukkan nilai dan simbol kristiani dalam cerita Fantasi

Bersebrangan dengan Granger, kritikus film Steven D. Greydanus justru melihat daya pikat sihir Potter menjadi ancaman berbahaya, terutama bagi anak-anak yang rentan. Greydanus menggambarkan bahaya Potter sama dengan ibu tiri Cinderella

LAWAN DENGAN FIKSI FANTASI LOKAL
Sampai kapan fiksi fantasi kita "terjajah" oleh kekuatan sihir seperti Harry Potter dan kawan-kawannya? Jawabannya sangat tergantung dari keberanian para penulis fiksi fantasi yang meneksplor lebih dalam lagi tema-tema dunia khayalan yang sejalan dengan akal sehat dan fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Tema-tema fiksi fantasi yang menggandeng dunia sains dan iptek seperti Star Wars, Star Tre, E.T., Jurrasic Park, Godzilla, dll, dapat dijadikan role model untuk mengebangkan fiksi fantasi kearah yang lebih edukatif

Belakangan ini jawaban atas dominasi ilmu sihir dalam fiksi fantasi mulai terlihat di tanah air. Fenomena menggembirakan ini juga sekaligus menjawab segala macam tantangan fiksi fantasi ala Indonesia yang disebut-sebut sulit muncul karena banyak ganjalan, diantaranya persoalan agama dan norma-norma ketimuran. Tentu saja norma-norma ketimuran akan jadi persoalan jika kiblat fantasi yang dipakai adalah dunia sihir Harry Potter atau Lord of the Ring. Karya-karya fiksi fantasi lokal sperti Pinissi: Petualangan Orang-Orang Setinggi Lutut (Mama Piyo), yang mengangkat legenda para pelaut di Sulawesi Selatan, Legard: Musuh Dibalik Kabut (W.D. Yoga), Phoenix: Dalam Mahkota Negeri Azura (A.M.K Narongkrang), Misteri Pembunuhan Penggemar Harry Potter (A.A.A. Rizky) dan The Corruption (Stanley Tiotius Kurnia), patut disambut sebagai upaya serius dalam melawan arus fiksi internasional yang telah begitu kuat menjadi role model. Tak mengherankan, novel-novel fiksi fantasi lokal ini masih tertatih-tatih dalam upaya menjauhi mainstream Rowling dan Tolkien. Semoga di hari-hari depan makin banyak penulis fiksi fantasi lokal yang berani untuk teteap berdedikasi kepada akal sehatnya. (Iyus/An-Nida/berbagai sumber)